Unisda.ac.id, Lamongan – Outbreak Response Immunization (ORI) memang ditujukan untuk anak-anak usia 1 sampai di bawah 19 tahun. Ini disebabkan sebagian besar pasien yang terkena difteri adalah anak-anak. Namun belakangan ini, Indonesia digegerkan dengan munculnya KLB (Kejadian Luar Biasa) Difteri di beberapa daerah. Pulau Jawa menjadi wilayah dengan daerah terbanyak mengalami KLB Difteri, yakni Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Difteri tidak hanya menyerang anak, tetapi juga dewasa, jelas pak Samuji (Puskesmas Sukodadi) saat diwawancara Kamis (22/03).
Oleh sebab itu, Bapak Samuji (pemegang program imunisasi) Puskesmas Sukodadi, menghimbau kepada masyarakat sukodadi (kali ini di unisda lamongan) untuk melakukan vaksinasi difteri mengingat mencegah lebih baik daripada mengobati baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Vaksinasi sendiri memiliki pengertian proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh dengan tujuan untuk memicu tumbuhnya kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksin yang kami suntikkan ini sendiri adalah vaksin DT, yakni vaksin ini yang berfungsi untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus, jelas Bapak Samuji. Pemberian vaksin tidak hanya diberikan kepada mahasiswa dalam negeri saja, mahasiswa dari luar negeri seperti Timor Leste dan Thailand juga mengikuti kegiatan ini.
Kegiatan ini dilaksanakan secara cuma-cuma, dan akan dilakukan oleh tim dari puskesmas sukodadi tiga kali secara berkala pada bulan Maret, Juli, dan November. Pemberian vaksin ini dilakukan di Gedunng Rektorat dan di kelas-kelas perkuliahan secara bergantian (MH. Humas Sukodadi).